Laju pertumbuhan ekonomi di China diperkirakan akan bergerak menuju 9.8% di tahun 2008 ini. Demikian juga dengan India lajur pertumbuhannya akan mendekati 8%. Wow…Fantastik. Kenapa mereka begitu kuat ? Penulis Bussiness Week, menyajikan dalam buku : Chindia

Kenapa mereka begitu perkasa? Ternyata ICT menjadi salah satu kata kunci. ICT membuat antara negara menjadi borderless alias tanpa batas lagi. Perusahaan Asuransi di amerika ternyata back officenya di Bangalore. Anak-anak SMA yang kesulitan belajar mathematics, akan mendapatkan penjelasan komplit dari guru-guru virtual mereka yang cakap bicara bahasa Inggris melalui tutorvista yang di hosting di India dan Philipina. Indian Institue of Technology (IIT) menghasilkan 2350 Insinyur baru setiap tahun dengan kualitas excelents, Indian Institur of Management nggak kalah dengan Havard dan Kellogs di Amerika. Demikian juga di China, selain infrastruktur yang sudah kuat, China selain kekuatan di infrastruktur dan kultur kerja, juga telah memasukan penggunaan open source dalam “GBHN” serta telah pula membuat dalam versi bahasa mereka. Meski ancaman juga masih ada : struktur penduduk di China yang dalam 5 tahun kedepan akan berkurang penduduk yang berusia produktif akibat kebijakan pembatasan jumlah anak. Dan di India sendiri, kesenjangan sosial yg sangat ekstrem serta konflik politik yang berkepanjangan.

Hipotesa saya, Border utama dalam kolaborasi adalah bahasa. Seandainya China dan India tidak ada halangan masalah bahasa, 100% yakin tatkala keduanya bergabung akan menjadi raksasa baru dunia yangtidak terkalahkan. Nah ini tantangan baru bagi Fakultas sastra (UNS khususnya). Ternyata selain ICT, Bahasa perannya begitu penting dalam dunia yang sudah mengglobal seperti ini. Nah, posisi Indonesia secara geografis dan historis adalah menjadi penghubung antar kedua negara tersebut. Layaklah sudah kalo Indonesia, atau UNS Solo segera ambil bagian dalam rencana strategis ke depan menjadi negara penyangga atau penghubung dan mengambil manfaat secara positif atas perkembangan yang terjadi di Chindia. Jalan menuju Worlds Class University dapat diraih dengan mengambil rute “jalan sutra”.

Ada dua jalan sutra yang jarang diketahui orang . Salah satu di antaranya ialah “Jalan Sutra Barat Daya” yang bertolak dari Propinsi Sichuan, Tiongkok Baratdaya terus ke Propinsi Yunnan dan mencapai bagian utara Myanmar setelah menyeberang sebuah sungai, kemudian jalan sutra itu menuju bagian timur laut India sebelum memasuki bagian barat laut India dengan menyusuri Sungai Gangga India sebelum tiba di Dataran Tinggi Iran. Jalan Sutra itu bersejarah lebih lama daripada Jalan Sutra Darat. Selain jalan-jalan sutra di darat itu, masih terdapat satu lagi jalan sutra di atas laut, yaitu dari Guangzhou, Tiongkok Selatan ke Selat Malaka, dan terus sampai ke Sri Lanka, India dan pantai timur Afrika. Jalur di atas laut itu disebut sebagai Jalan Sutra Laut. Menurut benda-benda budaya yang tergali di Somalia, Afrika Timur, dapat diketahui bahwa Jalan Sutra Laut itu kira-kira terjadi pada masa Dinasti Song Tiongkok.

“Jalan Sutra Laut” menghubungkan Tiongkok dengan negara-negara utama peradaban zaman kuno dan sumber kebudayaan di dunia, dan mendorong maju pertukaran ekonomi dan kebudayaan daerah tersebut. Maka Jalan Sutra Laut juga dijuluki sebagai jalan dialog antara Timur dan Barat.

Hipotesa saya, Jalan sutra ini akan lebih mempermudah UNS mencari jalan kerjsama internasional untuk menuju Eropa maupun Amerika. Karena Chindida menurut buku diatas, sudah terjalin kerjasama riset, produk dan market ke benua Amerika dan Eropa. Sementara chindia, terutama India mempunyai kualitas layanan yang relatif murah tapi sangat bermutu tinggi. Karya Manajemen dan Teori Ekonomi Havard, Kellog ada di India dengan kualitas yang malah lebih hebat. Silicon Valley dengan sangat cepat di -instal di Bangalore. Kenapa benchmarknya harus cepat-cepat ke Amerika ? Semoga Strategi jalan sutera bisa dimanfaatkan membantu UNS sebgai steping stone menuju world class university.