1.Timbulnya Berbagai Kesatuan Aksi
Presiden Sukarno sebagai pucuk pimpinan pemerintah tidak mau segera mengambil tinadakan tegas terhadap G-30-s, padahal sudah jelas-jelas terbukti bahwa PKI melakukan pengkhianatan terhadap bangsa,negara,dan Pancasila.Dari sikap Presiden Sukarno timbul kesan seolah-olah melindungi PKI. Presiden menilai tindakan penculikan dan pembunuhan terhadap beberapa jendral pada tanggal 1 Oktober 1965 itu merupakan hal biasa dalam suatu revolusi. Sikap Presiden Sukarno yang demikian itu sudah tentu menimbulkan kecurigaan dan rasa tidak puas di kalangan rakyat.
Ketidakpuasan rakyat itu juga dipicu oleh kondisi perekonomian Indonesia yang cukup memprihatinkan.Politik Mercusuar dan penggayanganMalaysia menambah keadaan ekonomi kita makin memburuk. Hal itu dapat dilihat dari selalu antrenya rakyat untuk mendapatkan kebutuhan pokok. Inflasi makin parah.Untuk mengatasi kesulitan dalam bidang keuangan pada tanggal 13 Desember 1965 pemerintah melakukan devaluasi uang rupiah.Uang yang semula bernilai Rp.1.000,00 dijadikan Rp.1,00,dan Rp5.000,00 menjadi Rp5,00
Keadaan-keadaan diatas mempebesar tuntunan rakyat terhadap pemerintah untuk segera menyelsaikanya. Tuntunan lain dari masyarakat terhadap unsur-unsur PKI. Selain itu, penyelsaian seadil-adilnya terhadap pelaku G-30-s
Sejak awal Oktober 1965 telah terjadi demonstrasi terjadi demonstrasi menuntut pembersihan dan pembunuhan dan pembubaran PKI.Demonstrasi terjadi di berbagai daerah,seperti di Jakarta dan didaerah-daerah di Jawa tengah. Di Pekalongan berlangsung rapat akbar yang dihadiri oleh berbagai golongan,seperti NU,Parkindo,IPKI,PSII,PNI,Muhammadiyah,Ktolik,HMI,PII,dan Al Irsyad. Dalam rapat akbar itu mereka mengutuk tindakan G-30-s
Di Jakarta kemudian timbul kesatuan-kesatuan aksi yang dipelopori oleh para mahasiswa. Kesatuan aksi yang dipelopori oleh para mahasiswa. Kesatuan aksi yang segera di bentuk adalah Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Langkah ini diikuti oleh para pelajar dan pemuda yang membentuk Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI),Kesatuan Aksi Buruh Indonesia (KABI),Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI). Kesatuan Aksi Wanita Indonesia (KAWI),dan Kesatuan Aksi Guru Indonesia (KAGI)
Berbagai kesatuan tersebut menuntut penyesaian politis terhadap mereka yang terlihat G-30-S. Bersama-sama dengan orpol-ormas yang menentang dan mengutuk G-30-S,kesatuan-kesatuan aksi itu membentuk kesatuan barisan yang disebut Front Pancasila.