Pemilik Blog Ini

Foto saya
Kebumen, Jawa Tengah, Indonesia
Moderat, humoris, disiplin dan religius

Minggu, 29 Mei 2011

HAVING IS GIVING

HAVING IS GIVING

Malam itu disebuah rumah yang besar dan mewah tengah berlangsung sebuah Pengajian yang diikuti oleh para jama'ah kalangan elite menengah keatas, seperti biasa setelah selesai ceramah sang Ustadz memberikan kesempatan kepada para Jama'ah untuk bertanya, lalu salah seorang Dokter Spesialis spontan angkat tangan mengajukan sebuah masalah yang telah lama mengganjal dalam kehidupannya.

" Assalamu'alaikum, kenalkan nama saya dr Brata, alhamdulillah saya senang dan saya cukup memahami semua yang Ustadz uraikan dalam pengajian kita kali ini, ada satu hal yang sampai saat ini saya belum bisa melakukannya….." Tanya dr Brata.

" Ya…., boleh tahu, tentang hal apa pak Dokter ? sela sang ustadz.
" Begini pak Ustadz, sudah sejak lama saya mengetahui bahwa sesorang yang memberikan hartanya kepada orang lain itu adalah perbuatan yang sangat baik, tetapi itu teori, prakteknya ketika saya akan melakukan hal itu, hati dan perasaan saya selalu menentangnya, saya selalu tidak mampu melakukannya. Menurut pendapat saya, ini kan hasil jerih payah saya sendiri, mengapa mesti diberikan kepada orang lain dengan sebuah keharusan. Saya pikir ini tidak mendidik orang untuk belajar kerja keras dan hal semacam itu tidak harus dipaksakan, kalau hati lagi ingin ya saya memberi, kalau tidak ingin ya tidak perlu harus mengada-ngada untuk memberi" kata dr.Brata

Suasana mendadak sunyi karena pertanyaan dr Brata yang diluar dugaan para Jama'ah, semua berdiam diri ingin mengetahui kelanjutan dan arah pertanyaan dr.Brata. setelah berhenti sesaat dr Brata melanjutkan pertanyaannya yang belum selesai.

"…. Tetapi Ustadz pikiran semacam itu tidak lama di benak saya, karena sesaat kemudian berubah lagi, karena terfikir oleh saya lagi bahwa semestinya setiap orang harus peduli kepada sesamanya, tetapi saat saya akan memberi dan membantu orang lain yang sedang memerlukan, kembali saya tidak mampu melakukannnya, dan pertentangan seperti itu di hati saya berlanjut sudah cukup lama bahkan hingga saat ini belum juga terpecahkan. Hati saya sering menolak kalau apa yang saya miliki harus saya berikan kepada orang lain, sementara hati kecil saya sering berkata, saya harus membantu orang lain… karena itulah mohon Ustadz dapat memberi nasehat kepada saya, agar saya bisa berbuat sesuatu tanpa adanya pertentangan di hati, terima kasih ".

" Begini pak dr Brata, Islam ini adalah Perilaku, bukan sekedar tahu, menjalankan Islam bukan sekedar mengetahui secara ilmu, tetapi malakukan aplikasi secara sadar karena kita tahu bukan asal mengikuti orang lain, meskipun pada tahap awal kita seringkali meniru orang lain yang bisa kita percaya, nah melakukan kebajikan dengan cara sekedar ikut-ikutan seperti itu akan banyak terjadi pertentangan bathin dalam diri kita, sama persis seperti yang bapak alami saat ini ".

" kalau boleh saya Tanya, Pak Brata masih percaya dengan Al-Qur'an dan Sunnah-Sunnah Rosulullah ? Insya Allah saya percaya Ustadz, tetapi jujur saya belum banyak tahu tentang kandungan Al-Qur'an dan Sunnah Rosulullah karena memang saya belum banyak belajar tentang Islam ".
" Alhamdulillah kalau Pak Brata percaya dan iman kepada Allah, Rosul dan Kitab Al-Qur'an……Pak Brata, suatu ketika Rosulullah SAW pernah menyampaikan sesuatu kepada para Sahabatnya, yang sangat erat kaitannya dengan pertanyaan Bapak tadi, Rosulullah SAW bertanya kepada para Sahabatnya " manakah yang lebih kalian inginkan, harta milik kalian sendiri atau harta milik ahli waris kalian ? ", " tentu kami kami lebih menginginkan harta milik kami sendiri ya Rosul ", jawab mereka.
" Ketahuilah bahwa harta seseorang itu adalah yang ia berikan di Jalan Allah, sedangkan harta yang ia tahan (disimpan) adalah milik ahli warisnya ( HR.Bukhari).

Sahabat Rumah Yatim Indonesia yang berkahi Allah SWT, harta manakah yang kita inginkan ? harta yang bisa menemani kita di Alam Penantian ( Barzah ) hingga mengantar kita ke Puncak Kenikmatan yang tiada tara ( Sorga ) ataukah harta ahli waris kita? Yang ketika kita meninggal kelak seluruh harta dan asset simpanan kita akan menjadi rebutan bahkan pertengkaran para ahli waris kita !

( Maaf, ini bukan berarti kita dilarang memberikan warisan kepada anak istri kita, justru Nabi menganjurkan agar 'Kita Tidak Wafat Dulu' sebelum melihat anak istri kita hidup dalam kesejahteraan, jangan sampai meninggalkan mereka dalam keadaan Miskin sehingga mereka jadi peminta-minta )

Seberapa lama lagikah jatah hidup kita di dunia ini ? mungkin tinggal 10 atau 40 tahun lagi, bandingkan kita akan hidup kembali di Akhirat kelak sekitar 15 Milyar tahun tidak ada kematian lagi, bayangkan betapa indahnya kita akan hidup 15 Milyar tahun dengan segala macam kenikmatan yang jauh melebihi kenikmatan Duniawi.

Akankah kita biarkan harta-harta kita tersimpan di dunia ini tanpa mampu mendampingi dan mengantar kita kepada kehidupan dan kenikmatan yang sebenarnya ? ataukah harta-harta kita itu akan kita jadikan bahan bakar yang akan membakar kita sendiri selama-lamanya ?

"....Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, beritakanlah kepada mereka akan azab yang pedih. Pada hari dimana harta mereka dipanaskan dalam neraka jahanam lalu dibakarnya dahi, rusuk, dan punggung mereka dan dikatakan kepada mereka, inilah harta benda yang kamu simpan untuk dirimu sendiri. Rasakanlah sekarang! Rasakan balasan dari apa yang kamu simpan itu”. (At-Taubah: 33-35).

Ataukah kita akan mengukir sebuah Penyesalan yang amat dalam, ketika jatah hidup kita sudah habis dan Malaikat Maut telah dihadapan kita untuk menjemput sementara kita sudah tidak berdaya dan tidak mampu berbuat apa-apa lagi dengan segala harta dan kekayaan kita yang telah lama ditunggu oleh para ahli waris kita.

“Dan belanjakanlah sebahagian dari apa yang Kami berikan rezeki kepadamu sebelum kematian itu datang kepada seseorang diantara kamu, lalu dia berkata, ya Rabb-ku, kenapa tidak Engkau tangguhkan kematianku kepada ajal yang dekat supaya aku bisa bersedekah, sehingga jadilah aku orang-orang yang shalih? Dan Allah tidak akan menangguhkan kepada seseorang apabila telah datang ajalnya. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Munafiqun: 10-11)

( Ayat ini menggugah kesadaran kita bahwa, ketika kondisi kesehatan dan jatah hidup kita sudah akan habis, dan kita melihat anak istri kita sudah bisa hidup mandiri dan berkecukupan, maka kita disuruh mensegerakan membelanjakan Harta-harta kekayaan kita yang masih tersimpan di Jalan Allah, agar kelak kita tidak menyesal)

Mendengar penjelasan seperti diatas, dr Brata tidak mampu berkata-kata lagi, hanya terdiam, memnunduk sambil menahan buliran air mata agar tidak sampai jatuh ke pipinya. suasanapun menjadi sunyi namun tak lam kemudian kesunyian itu kemudian terpecahkan oleh suara dr.Brata yang berkata pelan hamper tak terdengan suaranya :

" Terima kasih Ustadz, saya baru mengerti sekarang, sungguh saya telah melakukan kesalahan yang besar. Semoga Allah mengampuni dosa dan kesalahan saya juga keluarga saya, saya baru mengerti kalau harta yang kita berikan adalah harta kita yang sebenarnya dan ternyata harta yang kita simpan tidak memiliki arti apa-apa bahkan bisa jadi mencelakakan kita….".

" MILIK KITA ADALAH APA YANG KITA BERIKAN….. HAVING IS GIVING " bisik dr Brata dengan nada bertanya pada diri sendiri. "…benar pak Brata, Milik Kita adalah Apa Yang Kita Berikan….", Sahut sang Ustadz mengakhiri penjelasannya.

Sahabat, Alhamdulillah saat ini Pembangunan Kampus Nubuwwah Sistem Rumah Yatim Indonesia di Tasikmalaya Jawa Barat akan memulai Pengecoran Gedung Serba Guna tahap I, setelah sebelumnya telah menyelesaikan Bangunan 6 ruang Asrama Anak Asuh, 2 ruang Asrama Guru, 3 ruang Belajar, 2 ruang Kantor, 1 ruang Dapur Umum, I ruang Klinik dan 4 buah Kamar Mandi dan Toilet, insya Allah inilah Cicilan Istana Sorga Kita dan inilah harta-harta kita yang sesungguhnya yang akan mengantar kita semua kepada Kehidupan yang sebenarnya kelak.

Rabu, 11 Mei 2011

MENCARI ILMU LADUNI

MENCARI ILMU LADUNI

Dalam rangka mengenali rahasia ilmu laduni, di ayat lain Allah SWT menyatakan sifatnya dengan lebih detail. Allah berfirman :
لَا تُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ (16) إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَقُرْآَنَهُ (17) فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآَنَهُ (18) ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ (19) كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ (20) وَتَذَرُونَ الْآَخِرَةَ
16. “Jangan kamu menggerakkan dengan Al-Qur’an kepada lidahmu untuk mempercepat dengannya *
17. Sungguh atas tanggungan Kami penyampaian secara globalnya dan pembacaannya *
18. Maka apabila Kami telah membacakannya maka ikutilah bacaannya *
19. Kemudian sungguh atas tanggungan Kami pula penyampaian secara perinciannya *
20. Sekali-kali janganlah demikian, sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai dunia *
21. Dan meninggalkan kehidupan akhirat”. QS. al-Qiyamah.75/ 16-21.

Juga diriwayatkan dari Sa’id bin Jabir, dari Ibnu ‘Abbas ra. berkata:
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم . إِذَا نَزَلَ عَلَيْهِ القُرْآنَ يُحَرِّكُ بِهِ لِسَانُه ُيُرِيْدُ أَنْ يَحْفَظَهُ ، فَأَنْزَلَ اللهُ تَبَاَرَكَ وَتَعَالَى : ” لَاتُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ “.رواه الترمذى
Adalah Rasulullah saw. ketika ِAllah menurunkan Al-Qur’an kepadanya, beliau menggerakkan lesannya untuk menghafalkannya, maka Allah menurunkan ayat: “Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk membaca Al-Qur’an hendak cepat-cepat menguasainya”. HR Tirmidzi.

Melalui ayat diatas (QS.al-Qiyamah.75/16-21) kita dapat mengambil beberapa pelajaran :

1). Dalam rangka mempelajari dan memahami ayat-ayat Al-Qur’an, orang dilarang menggerakkan lesannya untuk mengikuti bacaan yang didengar, karena ingin cepat memaham dan menghafalkan ayat yang didengar itu. Bagi seorang murid tidak boleh “mbarengi” bacaan gurunya, tetapi harus membaca dibelakang bacaan gurunya.

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Abbas ra.:
“Bahwa Rasulullah saw. saat malaikat Jibril menyampaikan wahyu kepadanya, setelah ayat ini diturunkan, beliau diam dan mendengarkan dan apabila Jibril pergi beliau baru membacanya”. HR. Bukhori. * Tafsir Fahrur Rozi.15/225 *

Ditegaskan pula di dalam firman-Nya yang lain:
وَلَا تَعْجَلْ بِالْقُرْآَنِ مِنْ قَبْلِ أَنْ يُقْضَى إِلَيْكَ وَحْيُهُ وَقُلْ رَبِّ زِدْنِي عِلْمًا
“Janganlah kamu tergesa-gesa dengan Al-Qur’an sebelum selesai mewahyukannya kepadamu. Dan katakanlah:”Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan” QS. 20/114.

Mendengar dan Diam berarti me-Non Aktifkan potensi akal dan nafsu ternyata merupakan tombol untuk meng-Aktifkan potensi hati. Sebab, selama potensi akal dan nafsu masih aktif maka potensi hati akan tertutup rapat dari sumberi inspirasi ilahiyah. Itu manakala diam tersebut dalam arti menyandarkan pertolongan dan hidayah dari Allah, karena “Allah yang menurunkan Al-Qur’an dan Allah pulalah yang akan menjaganya”. (15/9)

Allah menegaskan lagi di dalam firman-Nya :
وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآَنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Dan apabila dibacakan Al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat “. QS.al-A’raaf. 7/204.
2). Firman Allah SWT. إِنَّ عَلَيْنَا جمْعَهُ وَقُرْءَانَهُ (17) ”Inna ‘alainaa jam’ahuu wa qur’aanah”, (sungguh atas tanggunganku penyampaian secara global dan proses membacannya). Dikatakan: Secara globalnya di dadamu kemudian bacalah. Dan apabila dibacakan, maka ikutilah bacaannya.
Lafad “Inna ‘alainaa” mengandung arti wajib. Sebagian Ulama’ ahli tafsir mengartikan: seakan-akan Allah Ta’ala mewajibkan diri-Nya sendiri untuk melaksanakan janji-Nya. Dengan kata lain, ketika sebab-sebab telah tersusun dengan baik dan benar maka ilmu laduni akan diturunkan.

Selanjutnya, Ketika “perincian” dari yang global itu sudah waktunya dibacakan, yakni melalui proses romantika kehidupan, maka orang yang telah mendapat global itu harus mengikuti bacaan tersebut. Dalam arti menghadapi setiap tantangan dan menindaklajutinya dengan amal bakti, supaya ayat-ayat yang tersurat di dalam memori akal dapat dipadukan dengan ayat-ayat yang tersirat yang terbaca dalam realita, maka terjadilah arus pikir (tafakkur), lalu dengan hidayah dan petunjuk Allah Ta’ala seorang hamba akan menemukan mutiara hikmah di balik setiap kejadian dan fenomena.

Pengalaman ruhaniah adalah merupakan ilmu-ilmu spiritual (rasa) yang tidak hanya mampu menjadikan orang pintar tapi juga cerdas. Ilmu yang menjadikan hati seorang hamba yakin kepada yang sudah diketahui karena setiap keraguan hatinya telah mampu terusir.

Allah SWT. berjanji akan menolong hamba-Nya dengan membacakan perincian ilmu laduni itu, langsung dibisikkan di dalam hatinya, dalam bentuk teori-teori ilmiyah dan konsep-konsep tentang filosofi kehidupan, sebagai petunjuk dan bimbingan untuk menyelesaikan masalah di depan mata.

Adapun konsep-konsep tersebut berupa pemahaman hati yang tergali baik dari makna ayat Al-Qur’an al-Karim maupun hadits Rasulullah saw. Dengan yang demikian itu, maka ilmu orang yang mendapatkan ilmu laduni itu menjadi bagaikan pohon yang baik yang akarnya menunjang di tanah dan cabangnya menjulang di langit dan dengan izin Tuhannya buahnya dapat dimakan setiap saat.

3). Firman Allah SWT.:
كَلَّا بَلْ تُحِبُّونَ الْعَاجِلَةَ (20) وَتَذَرُونَ الْآَخِرَة
“Sekali-kali janganlah demikian, Sebenarnya kamu (hai manusia) mencintai yang kontan * Dan meninggalkan yang akhir “. QS. al-Qiyamah. 75/20-21.
Lafad “Al-‘Aajilata” artinya kontan/instan, yang dimaksud adalah kehidupan duniawi. Artinya, hati orang yang mencari ilmu laduni itu tidak boleh ada kecenderungan kepada kehidupan duniawi, meski dalam arti ingin mempunyai “ilmu laduni”. Mereka itu harus mampu menyandarkan segala amal ibadah semata-mata hanya mengharap ridho Ilahi Rabbi. Allahu A’lam.

Bolehkah Membaca Al Qur’an Tanpa Suara?
Apa hukum dan dalihnya membaca qur’an tanpa suara, sebab takut membangunkan istri yang sedang tidur dimalam hari?

Jawaban:
Jika yang dimaksud yaitu membaca Al Qur’an tanpa suara dan tanpa gerak bibir, yang demikian ini tidak dinamakan membaca Al Qur’an. Pertanyaan sejenis pernah ditanyakan kepada Syaikh Ibnu Baz Rahimahullah, beliau menjawab:
“Berdzikir itu harus menggerakan lisan dan harus bersuara, minimal didengar oleh diri sendiri. Orang yang membaca di dalam hati (dalam bahasa arab) tidak dikatakan Qaari. Orang yang membaca tidak dapat dikatakan sedang berdzikir atau sedang membaca Al Quran kecuali dengan lisan. Minimal didengar dirinya sendiri. Kecuali jika ia bisu, maka ini ditoleransi” (Kaset Nurun ‘alad Darb, Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah juga pernah ditanya hal serupa, beliau menjawab:
“Qira’ah itu harus dengan lisan. Jika seseorang membaca bacaan-bacaan shalat dengan hati saja, ini tidak dibolehkan. Demikian juga bacaan-bacaan yang lain, tidak boleh hanya dengan hati. Namun harus menggerakan lisan dan bibirnya, barulah disebut sebagai aqwal (perkataan). Dan tidak dapat dikatakan aqwal, jika tanpa lisan dan bergeraknya bibir” (Majmu’ Fatawa Ibnu ‘Utsaimin, 13/156)

Demikian penjelasan para ulama. Ringkasnya, orang yang membaca Al Qur’an dalam hati tidak dikatakan sedang membaca Al Qur’an dan tidak diganjar pahala membaca Al Qur’an. Namun praktek ini disebut sebagai tadabbur atau tafakkur Al Qur’an. Yaitu mendalami dan merenungkan isi Al Qur’an. Tadabbur atau tafakkur Al Qur’an ini termasuk dzikir hati. Sebagaimana dijelaskan oleh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin: “Dzikir bisa dengan hati, dengan lisan dan dengan anggota badan….. Contoh dizikir hati yaitu merenungkan ayat-ayat Al Qur’an, rasa cinta kepada Allah, mengagungkan Allah, berserah diri kepada Allah, rasa takut kepada Allah, tawakkal kepada Allah, dan amalan hati yang lainnya” (Tafsir Al Baqarah, 2/167-168)
Solusinya, hendaknya anda membaca Al Qur’an dengan sirr (lirih). Sebagaimana sabda RasulullahShallallahu’alaihi Wasallam:
الجاهر بالقرآن كالجاهر بالصدقة، والمسر بالقرآن كالمسر بالصدقة
“Membaca Al Qur’an dengan suara keras, seperti bersedekah tanpa disembunyikan. Membaca Al Qur’an dengan lirih, seperti bersedekah dengan sembunyi-sembunyi” (HR. Tirmidzi no.2919, Abu Daud no.1333, Al Baihaqi, 3/13. Di-shahih-kan oleh Al Albani di Shahih Sunan At Tirmidzi)

Memang terdapat perbedaan pendapat diantara para ulama tentang mana yang lebih utama, membaca secara sirr ataukah secara jahr. Namun pada kondisi anda, jika khawatir membaca Al Qur’an dapat mengganggu orang lain, membaca secara sirr lebih utama. Berdasarkan hadits lain:
الا إن كلكم مناج ربه فلا يؤذين بعضكم بعضا ولا يرفع بعضكم على بعض في القراءة أو قال في الصلاة
“Ketahuilah, kalian semua sedang bermunajat kepada Allah, maka janganlah saling mengganggu satu sama lain. Janganlah kalian mengeraskan suara dalam membaca Al Qur’an,’ atau beliau berkata, ‘Dalam shalat’,” (HR. Abu Daud no.1332, Ahmad, 430, di-shahih-kan oleh Ibnu Hajar Al Asqalani di Nata-ijul Afkar, 2/16). Wallahu’alam.

Memang sebaiknya membaca Al Quran adalah dengan bersuara dan melagukannya, karena itu salah satu adab membaca Al Qur'an seperti disabdakan Rasululloh SAW, yang artinya: “Hiasilah Al-Qur’an dengan suaramu.” (HR: Ahmad, Ibnu Majah dan Al-Hakim). Di dalam hadits lain dijelaskan, yang artinya: “Tidak termasuk umatku orang yang tidak melagukan Al-Qur’an.” (HR: Bukhari dan Muslim). Maksud hadits ini adalah membaca Al-Qur’an dengan susunan bacaan yang jelas dan terang makhroj hurufnya, panjang pendeknya bacaan, tidak sampai keluar dari ketentuan kaidah tajwid.

Hadist:
Akan ada kemudian orang-orang dari umatku yang membaca Al-Quran yang bacaannya tidak melalui tenggorokannya, mereka terlepas dari agama Islam seperti terlepasnya anak panah dari busurnya, kemudian tidaklah mereka dapat kembali di dalamnya, mereka itu sejelak-jelek makhluk dan sejahat-jahat manusia (HR Imam Muslim).

ARTI SAHABAT

Sahabat….......

Jadilah AKAR yang gigih mencari air, menembus tanah yang keras demi sebatang pohon......

Ketika pohon tumbuh, berdaun rimbun, berbunga indah, menampilkan eloknya pada dunia dan mendapatkan pujian, akar tetap tidak iri, ia tetap bersembunyi dalam tanah…

Itulah makna dari sebuah ketulusan dan keikhlasan………….

Manusia yang memiliki perpaduan tulus, ikhlas, sabar dan tegar bagai AKAR…

Merekalah orang-orang yang mampu merubah warna zaman, ia kan tetap hidup dan menghidupkan….

Senin, 09 Mei 2011

CARA SEDERHANA MELAWAN LUPA

Kesibukan dan jadwal yang padat kerap kali membuat orang lupa, entah itu lupa untuk mengerjakan sesuatu, lupa untuk bertemu dengan rekan, dan lain-lain. Hal ini memang alamiah terjadi mengingat keterbatasan memori yang dimiliki oleh seorang manusia, tapi kalau hal ini berlangsung terus menerus tentu bisa gawat nantinya. Ya, masalah lupa bisa menjadi bumerang bagi Anda, karena bisa saja muncul anggapan bahwa Anda tidak profesional dalam bekerja atau tidak menganggap penting akan sesuatu, yang pada akhirnya merugikan diri sendiri.

Anda tentu tak ingin hal ini terjadi, karenanya berikut beberapa tips sederhana yang dapat dilakukan:

1. Mencatat merupakan saran yang paling sederhana, mudah dilakukan dan yang paling umum terdengar. Kendati demikian banyak orang yang enggan atau menunda untuk melakukan langkah tersebut. Padahal mencatat merupakan langkah terbaik untuk mengatasi lupa. Anda bisa menulis rencana atau janji dalam catatan khusus atau pada ponsel/PDA (personal digital assistant) - agar lebih efektif, jangan lupa untuk memasang alarm pada hari dan jam yang bersangkutan.

2. Kalau hendak mencatat rencana atau janji di atas kertas, pastikan Anda menuliskannya pada satu tempat khusus, karena kalau tidak Anda akan membuang-buang waktu untuk mencari serpihan kertas-kertas tersebut.

3. Anda juga bisa menggunakan kertas yang dapat ditempel (sticky notes) di meja kerja agar tidak alpa pada janji yang sudah dibuat.

4. Menjaga kondisi tubuh menjadi hal berikut yang dapat dilakukan. Dengan mengonsumsi makanan yang sehat, istirahat yang cukup dan berolahraga secara rutin akan membantu Anda untuk lebih fokus pada setiap rencana.

5. Kalau kondisi tidak memungkinkan untuk menulis janji dan rencana — misalnya saat mengemudi - ada baiknya untuk merekam rencana tersebut, kalau tidak memiliki tape recorder, beberapa perangkat seluler kini sudah dilengkapi dengan fasilitas perekam suara.

6. Ada baiknya untuk menggunakan fasilitas e-mail reminder. Dengan cara ini Anda akan mendapat kiriman e-mail yang akan mengingatkan akan janji, rencana, event sampai rekan yang berulang tahun beberapa hari sebelum hari H.




Sumber : Komunitas Pohon Inspirasi

LUPAKAN JASA DAN KEBAIKAN DIRI

Semakin kita sering menganggap diri penuh jasa dan penuh kebaikan pada orang lain, apalagi menginginkan orang lain tahu akan jasa dan kebaikan diri kita, lalu berharap agar orang lain menghargai, memuji, dan membalasnya maka semua ini berarti kita sedang membangun penjara untuk diri sendiri dan sedang mempersiapkan diri mengarungi samudera kekecewaan dan sakit hati.

Ketahuilah bahwa semakin banyak kita berharap sesuatu dari selain Allah SWT, maka semakin banyak kita akan mengalami kekecewaan. Karena, tiada sesuatu apapun yang dapat terjadi tanpa ijin Allah. Sesudah mati-matian berharap dihargai makhluk dan Allah tidak menggerakkan orang untuk menghargai, maka hati ini akan terluka dan terkecewakan karena kita terlalu banyak berharap kepada makhluk.

Belum lagi kerugian di akhirat karena amal yang dilakukan berarti tidak tulus dan tidak ikhlas, yaitu beramal bukan karena Allah. Selayaknya kita menyadari bahwa yang namanya jasa atau kebaikan kita terhadap orang lain, sesungguhnya bukanlah kita berjasa melainkan Allah-lah yang berbuat, dan kita dipilih menjadi jalan kebaikan Allah itu berwujud. Sesungguhnya terpilih menjadi jalan saja sudah lebih dari cukup karena andaikata Allah menghendaki kebaikan itu terwujud melalui orang lain maka kita tidak akan mendapat ganjarannya.

Jadi, ketika ada seseorang yang sakit, lalu sembuh berkat usaha seorang dokter. Maka, sebetulnya bukan dokter yang menyembuhkan pasien tersebut, melainkan Allah-lah yang menyembuhkan, dan sang dokter dipilih menjadi jalan.

Seharusnya dokter sangat berterima kasih kepada sang pasien karena selain telah menjadi ladang pahala untuk mengamalkan ilmunya, juga telah menjadi jalan rizki dari Allah baginya.
Namun, andaikata sang dokter menjadi merasa hebat karena jasanya, serta sangat menuntut penghormatan dan balas jasa yang berlebihan. Maka selain memperlihatkan kebodohan dan kekurangan imannya juga semakin tampak rendah mutu kepribadiannya (seperti yang kita maklumi orang yang tulus dan rendah hati selalu bernilai tinggi dan penuh pesona). Selain itu, di akhirat nanti niscaya akan termasuk orang yang merugi karena tidak beroleh pahala ganjaran. Juga, tidak selayaknya seorang ibu menceritakan jasanya mulai dari mengandung, melahirkan, mendidik, membiayai, dan lain-lain semata-mata untuk membuat sang anak merasa berhutang budi.
Apalagi jika dilakukan secara emosional dan proporsional kepada anak-anaknya, karena hal tersebut tidak menolong mengangkat wibawa sang ibu bahkan bisa jadi yang terjadi adalah sebaliknya. Karena sesungguhnya sang anak sama sekali tidak memesan untuk dilahirkan oleh ibu, juga semua yang ibunya lakukan itu adalah sudah menjadi kewajiban seorang ibu.

Percayalah bahwa kemuliaan dan kehormatan serta kewibawaan aeorang ibu/bapak justru akan bersinar-sinar seiring dengan ketulusan ibu menjalani tugas ini dengan baik, Insya Allah. Allah-lah yang akan menghujamkan rasa cinta di hati anak-anak dan menuntunnya untuk sanggup berbalas budi.

Seorang guru juga harus bisa menahan diri dari ujub dan merasa berjasa kepada murid-muridnya. Karena memang kewajiban guru untuk mengajar dengan baik dan tulus. Dan memang itulah rizki bagi seseorang yang ditakdirkan menjadi guru.
Karena setiap kebaikan yang dilakukan muridnya berkah dari tuntunan sang guru akan menjadi ganjaran tiada terputus dan dapat menjadi bekal penting untuk akhirat. Kita boleh bercerita tentang suka duka dan keutamaan mengajar dengan niat bersyukur bukan ujub dan takabur.

Perlu lebih hati-hati menjaga lintasan hati dan lebih menahan diri andaikata ada salah seorang murid kita yang sukses, jadi orang besar. Biasanya akan sangat gatal untuk mengumumkan kepada siapapun tentang jasanya sebagai gurunya plus kadang dengan bumbu penyedap cerita yang kalau tidak pada tempatnya akan menggelincirkan diri dalam riya dan dosa.

Andaikata ada sebuah mobil yang mogok lalu kita membantu mendorongnya sehingga mesinnya hidup dan bisa jalan dengan baik. Namun ternyata sang supir sama sekali tidak berterima kasih. Jangankan membalas jasa, bahkan menengok ke arah kita pun tidak sama sekali.

Andaikata kita merasa kecewa dan dirugikan lalu dilanjutkan dengan acara menggerutu, menyumpahi, lalu menyesali diri plus memaki sang supir. Maka lengkaplah kerugiannya lahir maupun batin. Dan tentu saja amal pun jadi tidak berpahala dalam pandangan Allah karena tidak ikhlas, yaitu hanya berharap balasan dari makhluk.
Seharusnya yang kita yakini sebagai rizki dan keberuntungan kita adalah takdir diri ini diijinkan Allah bisa mendorong mobil. Silahkan bayangkan andaikata ada mobil yang mogok dan kita tidak mengetahuinya atau kita sedang sakit tidak berdaya, niscaya kita tidak mendapat kesempatan beramal dengan mendorong mobil. Atau diri ini sedang sehat perkasa tapi mobil tidak ada yang mogok, lalu kita akan mendorong apa?

Takdir mendorong mobil adalah investasi besar, yakni kalau dilaksanakan penuh dengan ketulusan niscaya Allah yang Maha Melihat akan membalasnya dengan balasan yang mengesankan. Bukankah kita tidak tahu kapan kita akan mendapatkan kesulitan di perjalanan, maka takdir beramal adalah investasi.
Mari kita bersungguh-sungguh untuk terus berbuat amal kebajikan sebanyak mungkin dan sesegera mungkin. Setelah itu mari kita lupakan seakan kita tidak pernah melakukannya, cukuplah Allah yang Maha Melihat saja yang mengetahuinya.

Allah SWT pasti menyaksikannya dengan sempurna dan membalasnya dengan balasan yang sangat tepat baik waktu, bentuk, ataupun momentumnya. Salah satu ciri orang yang ikhlas menurut Imam Ali adalah senang menyembunyikan amalannya bagai menyembunyikan aib-aibnya.

Selamat berbahagia bagi siapapun yang paling gemar beramal dan paling cepat melupakan jasa dan kebaikan dirinya, percayalah hidup ini akan jauh lebih nikmat, lebih ringan, dan lebih indah. Insya Allah.

Wallahu a'lam bishshawab


Dikutip dari Rubrik Manajemen Qalbu situs Daarut Tauhiid

Senin, 02 Mei 2011

HIDUP BUKANLAH VCD PLAYER

HIDUP BUKANLAH VCD PLAYER

Cerita ini adalah “kisah nyata” yang pernah terjadi di
Surabaya.
Seorang pria membawa pulang truk baru
kebanggaannya, kemudian ia meninggalkan truk tersebut
sejenak untuk melakukan kegiatan lain.Anak lelakinya yang
berumur 3 tahun sangat gembira melihat ada truk baru, ia
memukul-mukulkan palu ke truk baru tersebut. Akibatnya truk
baru tersebut penyok dan catnya tergores. Pria tersebut berlari
menghampiri anaknya dan memukulnya, memukul tangan
anaknya dengan palu sebagai hukuman. Setelah sang ayah
tenang kembali, dia segera membawa anaknya ke rumah sakit.
Walaupun dokter telah mencoba segala usaha untuk
menyelamatkan jari- jari anak yang hancur tersebut, tetapi ia
tetap gagal. Akhirnya dokter memutuskan untuk melakukan
amputasi semua jari pada kedua tangan anak kecil tersebut.
Ketika anak kecil itu sadar dari operasi amputasi dan jarinya
telah tidak ada dan dibungkus perban, dengan polos ia berkata,
“Papa, aku minta maaf tentang trukmu.” Kemudian, ia bertanya,
“tetapi kapan jari-jariku akan tumbuh kembali?” Ayahnya pulang
ke rumah dan melakukan bunuh diri.
Renungkan cerita di atas! Berpikirlah dahulu sebelum kau
kehilangan kesabaran kepada seseorang yang kau cintai. Truk
dapat diperbaiki. Tulang yang hancur dan hati yang disakiti
seringkali tidak dapat diperbaiki. Terlalu sering kita gagal untuk
membedakan antara orang dan perbuatannya, kita seringkali
lupa bahwa mengampuni lebih besar daripada membalas
dendam. Orang dapat berbuat salah. Tetapi, tindakan yang kita
ambil dalam kemarahan akan menghantui kita selamanya.Tahan,
tunda dan pikirkan sebelum mengambil tindakan.
Mengampuni dan melupakan, mengasihi satu dengan lainnya.
Ingatlah, jika kau menghakimi orang, kau tidak akan ada waktu
untuk mencintainya waktu tidak dapat kembali.... hidup
bukanlah sebuah VCD PLAYER, yang dapat di backward dan
Forward......... HIDUP hanya ada tombol PLAY dan STOP saja....
jangan sampai kita melakukan kesalahan yang dapat
membayangi kehidupan kita kelak......... yang menjadi sebuah
inti hidup adalah “HATI” … Hati yang dihiasi belas kasih dan cinta
kasih..... CINTA KASIH merupakan nafas kehidupan kita yang
sesungguhnya.........
===========================================

SANG PELACUR

SANG PELACUR

Sabda Nabi SAW : "Pahalamu Tergantung Kepayahanmu."


Pada zaman kenabian Isa as, banyak terjadi kerusakan karena ulah Kaisar Romawi yang zalim. Kelaparan dan kemiskinan merajalela di negeri palestina. Berbagai cara dilakukan oleh rakyat terutama para kaum miskin untuk melawan kelaparan dan kemiskinan itu. Seorang ibu terpaksa menjual anaknya seperti menjual pisang goreng. Perampokan, Pembunuhan, Penganiyaan tak kenal peri kemanusiaan lagi.
sementara ketika Nabi Isa menyampaikan dakwahnya kepada rakyat, Rentara romawi selalu mengejar-ngejar Beliau.

Sesekali nabi isa mengumpulkan para orang miskin itu, dan membagi-bagikan roti dan gandum kepada mereka. Namun tak urung para tentara romawi terus menggusur dan menganiaya mereka. Kehidupan rakyat sudah benar-benar tak menentu. Laki-laki banyak sekali yang meninggalkan rumah dan keluarga mereka, entah pergi kemana. Pelacuran Tumbuh dimana-mana, setiap orang harus mempertahankan dirinya dari serangan lapar.


Suatu ketika terlihat seorang perempuan muda berjalan serseok-seok seolah menahan rasa letih. Sudah terlalu jauh ia menyusuri sepanjang jalan, untuk mencari sesuap nasi.
Menawarkan diri kepada siapa saja yang mau, meski dengan harga yang murah, perempuan muda itu terlihat terlalu tua dibandingkan dengan usia sebenarnya. Wajahnya Kuyu di guyur penderitaan panjang.
Ia tidak memiliki keluarga, kerabat, ataupun sanak saudara lainya. Orang-orang sekelilingnya menjauhinya. Bila bertemu dengan perempuan tersebut mereka melengos menjauhinya karena jijik melihatnya.


Namun perempuan itu tidak peduli, karena pengalaman dan penderitaan mengajarinya untuk bisa tabah. Segala ejekan dan cacimaki manusia diabaikanya. Ia berjalan Dan Berjalan, seolah tiada pemberhentianya. Ia tak pernah yakin, perjalananya akan berakhir. Tapi ia terus berusaha melenggak-lenggok untuk menawarkan diri. Namun sepanjang itu Sunyi saja, sementara panas masih terus membakar dirinya.
Entah sudah berapa jauh ia berjalan, namun tak seorangpun juga yang mendekatinya. Lapar dan Haus terus menyerangnya. Dadanya terasa sesak dengan nafas yang terengah-engah kelelahan yang amat sangat. Betapa lapar dan hausnya dia.


Akhirnya sampailah ia disebuah desa yang sunyi. Desa itu sedemikian gersangnya hingga sehelai rumputpun tak tumbuh lagi. Perempuan lacur itu memandang ke arah kejauhan. Matanya nanar melihat kepulan debu yang bertebaran di udara. Kepalanya sudah mulai terayun-ayun dibalut kesuraman wajahnya yang kuyu.
Dalam pandangan dan rasa hausnya yang sangat itu. Ia Melihat sebuah sumur di batas desa yang sepi. Sumur itu ditumbuhi rerumputan dan ilalang kering yang rusak di sana-sini. Pelacur itu berhenti di pinggirnya sambil menyandarkan tubuhnya yang sangat letih. rasa hauslah yang membawa ia ke tepi sumur tua itu.


Sesaat ia menjengukan kepalanya ke dalam sumur tua itu. Tak tampak apa-apa, hanya sekilas air memantul dari permukaanya. Mukanya tampak menyemburat senang, namun bagaimana harus mengambil air sepercik dari dalam sumur yang curam?
Perempuan itu kembali terduduk. Tiba-tiba ia melepaskan stagenya yang mengikat perutnya, lalu dibuka sebelah sepatunya. Sepatu itu diikatnya dengan stagen, lalu di julurkanya ke dalam sumur. Ia mencoba mengais air yang hanya tersisa sedikit itu dengan sepatu kumalnya. betapa hausnya ia, betapa dahaganya ia.
Air yang tersisa sedikit dalam sumur itu pun tercabik, lalu ia menarik stagen perlahan-lahan agar tidak tumpah, namun tiba-tiba ia merasakan kain bajunya ditarik-tarik dari belakang.


Ketika dia menoleh, di lihatnya seekor anjing dengan lidahnya terjulur ingin meloncat masuk kedalam sumur itu. Sang pelacur pun tertegun melihat anjing yang sangat kehausan itu, sementara tenggorokannya sendiri serasa terbakar karena dahaga yang sangat.. Sepercik air kotor itu sudah ada di dalam sepatunya. kemudian dia akan meneguknya, Anjing itu mengibas-ngibaskan ekornya sambil merintih. Pelacur itupun mengurungkan niatnya untuk mereguk air itu. Dielusnya kepala hewan itu dengan penuh kasih. Si Anjing memandangi air yang berada di dalam sepatu.
lalu perempuan itu meregukan air yang hanya sedikit itu ke dalam mulut sang anjing, dan perempuan itu pun seketika terkulai roboh sambil tanganya memegan sepatu.

Melihat perempuan itu tergeletak tak bernafas lagi, sang Anjing menjilat-jilat wajahnya, seolah menyesal telah mereguk air yang semula akan direguk perempuan itu. Pelacur itu benar-benar meninggal.

Para Malaikatpun turun kebumi menyaksikan jasad sang pelacur. Malaikat Raqib dan Atib sibuk mencatat-catat, sementara malaikat Malik dan Ridwan saling berebut. malik, si penjaga neraka sangat ingin membawa perempuan pelacur itu ke neraka.

Sementara Ridwan, si penjaga Syurga, mencoba mempertahankanya. Ia ingin membawa pelacur itu ke syurga. Akhirnya persoalan itu mereka hadapkan kepada ALLAH SWT. ”Ya Allah, sudah semestinya pelacur itu mendapat siksaan di neraka, karena sepanjang hidupnya menentang larangan Mu. ” kata Malik.
”Tidak ! ” bantah Ridwan. Kemudian Ridwan berkata kepada Allah, ” Ya Allah, bukankah hambaMu si pelacur itu termasuk seorang wanita yang ikhlas melepaskan nyawanya daripada melepaskan nyawa Anjing yang kehausan, sementara ia sendiri rela kehausan yang amat sangat?”

Mendengar perkataan Ridwan, Allah lalu berfirman, ” Kau benar, wahai Ridwan, wanita itu telah menebus dosa-dosanya dengan mengorbankan nyawanya demi mahlukKu yang lain. Bawalah ia ke syurga, Aku meridhoinya..”
Seketika malaikat Malik kaget dan terpana mendengar Firman Allah itu, sementara malaikat Ridwan merasa Gembira. Ia pun membawa hamba Allah itu memasuki surga. lalu Bergemalah suara takbir, para malaikat berbaris memberi hormat kepada wanita, sang hamba Allah yang ikhlas itu.

Sabda Rosulullah SAW :
“ dari [Abu Hurairah] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bahwa di suatu hari yang sangat panas seorang wanita pelacur melihat seekor anjing, anjing tersebut mengelilingi sebuah sumur sambil menjulurkan lidahnya karena kehausan, maka kemudian wanita tersebut mencopot sepatunya dan memberi minum anjing tersebut. Allah pun kemudian mengampuni dosa-dosa pelacur itu “ ( HR.Bukhori Muslim )

"Orang-orang yang penyayang pasti di sayang oleh Sang Maha Penyayang. Sayangi yang di bumi, pasti yang di langit sayang kepadamu."

"Siapa yang tidak menyayangi, dia tidak akan di sayangi".

Subhaanallah betapa sanyangnya Allah SWT terhadap hamba-hambanya walau ia sudah berlumuran dosa, oleh itu janganlah kita terlalu cepat menghakimi, Allah Maha Tahu atas segala yang kita perbuat dan Allah Maha Adil dalam menghukum.

Sahabat, mungkinkah kita rela jika Generasi kita, anak-anak kita akan melacurkan diri karena kurangnya kasih sayang dan kepedulian kita ? sekecil apapun bentuk kasih sayang dan kepedulian kita adalah sangat berarti bagi mereka, oleh jangan pernah berkecil hati walau hanya sedikit yang bisa kita berikan, mari sayangi generasi kita bersama Rumah Yatim Indonesia